Jokowi Akui Kesulitan Memulai Perundingan Damai Rusia-Ukraina

  • Whatsapp

Jokowi Akui Kesulitan Memulai Perundingan Damai Rusia-Ukraina

 

Presiden Joko “Jokowi” Widodo pada hari Selasa mengakui bahwa ia berjuang untuk membuat pemimpin Rusia Vladimir Putin dan timpalannya dari Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk berdialog selama misi perdamaiannya ke negara-negara yang bertikai pada akhir Juni.

Menurut Jokowi, selama kunjungan ke Istana Kremlin, dia menghabiskan waktu sekitar dua setengah jam untuk berbicara langsung dengan Putin. Pertemuannya dengan Zelenskyy sehari sebelum perjalanannya ke Moskow berlangsung selama satu setengah jam.

Iklan
Jokowi mengatakan ingin menciptakan ruang dialog antara Rusia dan Ukraina.

“Tetapi setelah melihat apa yang terjadi di lapangan, sulit untuk mengatur dialog antara Presiden Putin dan Presiden Zelenskyy. Makanya pembahasan saya alihkan ke krisis pangan,” kata Jokowi saat berpidato di depan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di Jakarta, Selasa.

Selama pertemuan bilateral, Zelenskyy mengungkapkan bahwa Ukraina memiliki 22 juta ton gandum yang tertahan di silo dan tambahan 55 juta ton dalam panen baru. Putin mengatakan kepada Jokowi bahwa Rusia memiliki 130 juta ton gandum.

“Kami hanya mengkonsumsi 31 juta ton beras setiap tahun. Tapi di sini [mereka] 207 juta ton [gandum] tidak dapat dikirim keluar,” kata Jokowi sambil menambahkan bahwa ini berdampak buruk pada negara-negara Afrika yang sangat bergantung pada gandum Rusia dan Ukraina.

Pemimpin Indonesia kemudian membandingkan Indeks Harga Pangan FAO (FFPI) saat ini dengan krisis pangan sebelumnya. FFPI rata-rata 140,9 poin pada Juli 2022, melonjak signifikan dari 132,4 poin selama krisis pangan 2012. Ketika dunia berjuang dengan krisis pangan pada tahun 2008, FFPI mencapai 131,2 poin — masih jauh lebih rendah dari angka saat ini.

Jokowi mencontohkan, krisis pangan juga menyebabkan lebih banyak negara menghentikan ekspor pangannya. Dari yang dulu hanya enam, kini ada 23 negara yang menerapkan larangan ekspor pangan untuk mengatasi kelangkaan pangan.

“Setiap orang harus menyelamatkan negaranya sendiri,” kata Jokowi dalam konferensi tersebut.

Dan pada saat negara-negara lain menghadapi kekurangan pangan, Indonesia memperoleh pengakuan dari International Rice Research Institute (IRRI) untuk swasembada beras dan sistem pertanian pangan, menurut Jokowi.

Memang benar kita harus tetap waspada, tapi jangan pesimis.. Tetap optimis karena di setiap kesulitan pasti ada kesempatan, kata Jokowi.

Dua minggu lalu, IRRI menganugerahkan plakat peringatan kepada Jokowi untuk mencapai ketahanan sistem pertanian pangan dan swasembada beras selama 2019-2021. FAO PBB melaporkan bahwa Indonesia mencapai rasio swasembada 90 persen dalam produksi beras dan rasio permintaan dari 2019 hingga 2021. Ini menunjukkan tingkat ketahanan sistem pertanian pangan yang tinggi.

5/5 - (1 vote)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *